[REVIEW & SWATCHES] Oriflame Very Me Cheeky Lips Stain in Lovely Pink (30551)

PicsArt_04-08-11.02.53
my bare face with (only) Very Me Cheeky Lips Stain on my lips

Sebagai seorang beauty enthusiast abal-abalan, saya merasa kurang sah kalau gak punya berbagai macam jenis lip-lipan (bahasa apa inii..), atau setidaknya saya harus wajib dan kudu pernah mencoba, dengan cara apapun, termasuk nongkrong di depan etalase booth kosmetik di mal (hahaha, bukankah mayoritas ciwiks2 pun begitu?). Jadi, begitu melihat produk ini di katalog Oriflame bulan Maret 2016 (tepat saat saya mendaftarkan diri jadi member), dan dengan segala klaimnya yang tercantum disana, saya langsung memilih produk ini untuk menjadi hadiah bagi diri saya sendiri.

Continue reading

Depresi Karena Social Media

download

Disclaimer: tulisan pada blog ini tidak untuk dijadikan dasar bagi penulisan karya ilmiah apapun, Hampir seluruh isi artikel ini adalah pendapat atau rangkuman dari saya pribadi yang belum diuji secara komprehensif. Silakan dijadikan inspirasi, namun mohon lakukan penelusuran mendalam terlebih dahulu.

Saat menulis blog ini, saya baru saja selesai screening alias membaca cepat beberapa literatur psikologi. Meskipun saya tidak sempat mengecap pendidikan untuk bidang psikologi, jauh di dalam lubuk hati saya, ilmu psikologi adalah nafas saya. Saya ingat saat mencari jurusan untuk kuliah, saya utarakan beberapa jurusan keinginan saya kepada orang tua saya, yaitu musik atau psikologi. Kedua minat tersebut ditolak mentah-mentah oleh orang tua saya, hahaha.. dengan alasan yang kalau saya pikir, agak terlalu dangkal. Kenapa saya tidak boleh masuk jurusan musik? “Setelah lulus nanti mau jadi apa?”, demikian kata orang tua saya. Lalu, kenapa saya tidak boleh masuk jurusan psikologi? “Ih, ngapain, kerjaannya cuma urusin orang gila. Trus itu jurusan juga jurusan gampang, artis-artis yang butuh gelar sarjana aja banyak yang masuk jurusan itu.”. Well, waktu itu, hidup saya benar-benar masih sangat bergantung pada orang tua, jadi, mau tidak mau, saya ikuti ‘arahan’ mereka untuk memilih jurusan yang (katanya) “lebih ada masa depannya”. Sekarang, kalau saya ingat masa-masa itu, saya agak menyesal, karena saya sekarang makin tahu bahwa dunia psikologi itu sangat-sangat menarik untuk dipelajari dan tidak hanya terbatas pada “ngurusin orang gila”.

Seperti biasa, saya selalu membuka blog dengan paragraf curhat, hahaha.. Mari kita mulai membahas judul blog ini ya.

Continue reading

Love is to give more, take less

“Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia”

Folksong yang satu ini sungguh “menampar” saya yang sedang merenungkan segala hal yang saya lakukan demi keluarga kami hingga saat ini. Kegalauan saya ini dimulai ketika saya tiba-tiba berpikir dan merasa tidak terlalu produktif semenjak berhenti kerja dan hanya berjualan online (sedikit cerita mengenai resignation saya ada di sini). Produktif disini dalam artian “koq saya tidak bisa menghasilkan uang seperti saat saya masih bekerja?”. Sejujurnya, penghasilan (baca: keuntungan/laba perbulan) berjualan online sangat jomplang dibanding dengan gaji saya dulu. Kalau dulu tiap bulan saya bisa dapet uang 7 digit, sekarang cuma 6 digit, dan itupun seringkali tidak sampai 10%nya dari si 7 angka itu (misal, dulu gaji saya 1.000.000, sekarang “gaji” saya tidak sampai 100.000). Memang sih dari sisi “kerumitan kerja” ya jauh berbeda, tapi kan siapa sih yang gak kepingin kerja enak di rumah dan gampang tapi dengan penghasilan besar? Memang sih saya sendiri menyadari, kesuksesan tidak diraih dengan mudah, semua butuh proses, jatuh bangun aku mengejarmu namun dirimu tak mau mengerti, dan semua orang yang menghasilkan banyak uang pasti mengawali usahanya dengan sulit (kecuali secara financial atau permodalan usahanya dibantu orang tua yang memang berduit, atau dapet warisan, atau dapet hibah). Tanpa bermaksud mengecilkan orang tua saya, tapi saya memang berusaha untuk mandiri, tidak meminta bantuan dari orang tua saya untuk hal apapun yang saya lakukan, sehingga yah… memang mereka bisa dibilang tidak ada andil secara finansial untuk membantu usaha saya. Ada sih dukungan finansial, yaitu dalam bentuk menyekolahkan dan membesarkan saya. Well anyway, sebenernya itu hanya curhatan yang bukan inti dari blog ini. Kalo kayak makanan mah, cerita tadi cuma side dish aja (jiaaahh, side dish aja tapi udah bikin eneg *abaikan*).

Continue reading

Oriflame Pure Colour On The Go (2.5g) [REVIEW & SWATCHES]

IMG_20160330_162924

Sekitar 2 bulan yang lalu, saya membeli produk ini, tergiur karena harga promonya yang sangat sangat sangat sangat murah, HANYA Rp 15.000 saja sodara-sodaraaahhh.. (ngerti dong kenapa saya tulis “sangat”nya banyak banget). Sebenernya waktu beli sih mikirnya nothing to lose aja, harga segitu, tapi bisa nyobain macem-macem warna (terutama saat itu saya pengen banget coba warna fuschia). Bayangin, girls, dengan Rp 60.000 udah bisa punya 4 warna lipstik. Dan yang bikin saya makin penasaran, karena kemasannya yang imut (2.5gr), bikin makin pengen punya deh. Harga normalnya kalo lagi gak diskon sih Rp 35.000 (ukuran 2.5gr). Continue reading